Tari Lulo Alu Asal Bombana Bakal Guncang Istana Negara di HUT-RI Ke-79
INFOBOMBANA.COM, RUMBIA– Tari Lulo Alu asal Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara (Sultra) bakal tampil memukau mengguncang Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara pada momen perayaan upacara 17 Agustus, Hari Kemerdekaan RI Ke-79 di Provinsi Kalimantan Timur.
Jenis tarian gesit asal Pulau Kabaena ini menjadi tarian kedua yang akan tampil di Ibu Kota Negara, dimana sebelumnya Bombana menampilkan Tarian Lumense di tahun 2022 silam di istana Negara Jakarta. Saat ini, Tarian Lulo Alu diperkirakan bakal tampil perdana memukau dihadapan Wakil Presiden RI dan para tetamu di IKN.
Kini, Dinas Pariwisata Kabupaten Bombana mulai mempersiapkan segalanya bersama dengan Dinas Pariwisata Provinsi Sultra melalui sebuah rapat koordinasi. Dalam rapat tersebut, berbagai persiapan dan rencana kegiatan dibahas secara mendetail.
Kepala Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Bombana, Anisa Sri Prihatin, mengatakan, Kabupaten Bombana siap untuk bekerja sama dan berperan aktif dalam mensukseskan kegiatan ini.
“Kami akan mengirimkan delegasi seni dan budaya terbaik dari Bombana untuk tampil di Istana Negara.
Lanjut Anisa, salah satu fokus utama dalam rapat koordinasi tetsebut ialah membahas terkait penampilan seni dan budaya dari Sulawesi Tenggara yang akan ditampilkan di hadapan Wakil Presiden RI dan para tetamu undangan lainnya di Istana Negara.
“Tim kesenian dari Sultra akan menampilkan tarian tradisional, yaitu tarian Lulo Alu dari Pulau Kabaena, ” ujar mantan Kepala Balitbang Bombana ini.
Melalui rakor tersebut lanjut Anisa, diharapkan keikutsertaan yang ke dua kalinya di perayaan HUT Kemerdekaan RI yang ke-79 di Istana Negara dapat menjadi momentum yang berkesan dan memperkuat semangat persatuan dan kesatuan bangsa.
Untuk diketahui, tari “Lulo Alu” merupakan sebuah tarian yang lazim dipersembahkan oleh masyarakat Moronene yang berada di Kabaena sebagai wujud ungkapan rasa syukur kepada Tuhan (dalam tradisi kuno merujuk kepada Sangkoleo Nkina atau Sangkoleo Mpae) atas kesuburan alam, melimpahnya rezeki terutama dalam perolehan hasil panen.
Pada masa kini, tari “Lulo Alu” lebih sering dipersembahkan dalam acara penyambutan tamu atau dalam acara festival budaya.
Tari Lulo Alu memiliki gerakan yang mirip dengan tari “Morengku” yaitu melompati alu atau tongkat yang dibenturkan. Jumlah penari “Lulo Alu” sebanyak 12 orang yang terdiri dari 8 orang yang memegang alu yang dilambangkan dengan tongkat (biasanya penari pria) dan 4 orang penari wanita yang memegang nyiru (duku). Perlengkapan lain tarian ini adalah lesung kecil (nohu).
Jika penari yang memainkan alu, hal itu menggambarkan kegiatan menumbuk padi (“moisa”). Maka penari wanita yang memegang nyiru menggambarkan kegiatan menapis beras (“monapihi”) sebagaimana yang ditampilkan pada bagian awal tarian. Dinamai tari “lulo alu” karena dirangkaikan dengan “molulo” pada bagian akhir.
Sebagaimana yang sudah dipaparkan dalam tulisan tentang tari “Morengku”, tari dengan gerakan melompati alu atau tongkat yang dibenturkan (stick-jumping dance) diperkirakan berasal dari peradaban nenek moyang suku bangsa penutur bahasa Austronesia.
Hal ini didasarkan pada beberapa ragam jenis tari “stick-jumping dance” yang lazim dijumpai di beberapa masyarakat di Indonesia (seperti di Flores, Maluku, Kalimantan) dan di negara tetangga (seperti Tiongkok Selatan, Malysia, Myanmar, Taiwan, dan Filipina).
Leave a Reply